Jujur, jika tubuh kita diraba, maka tidak beda dengan meraba daging kerbau atau kambing. Bedanya, kalau daging hewan akan menjadi tanah kalau sudah termanfaatkan. Manusia akan menjadi tanah kalau sudah meninggal, tapi siapa yang merawat tubuh manusia sesungguhnya, kalau bukan Tuhan?
Manusia secara fitrahnya sebagai mahluk ciptaan Allah Subhanahu wa Ta’ala yang memiliki kelebihan dibandingkan dengan ciptaan-ciptaan Tuhan lainnya, seperti Malaikat, jin, batu, tumbuhan, hewan, air, angin, api, tanah, bahkan mahluk raksasa yang ada di......
sekitar kita, seperti planet bumi, matahari dan sebangsanya. Manusia adalah bagian dari mahluk Tuhan dalam bentuk yang sebaik-baiknya dan lebih sempurna daripada mahluk Tuhan lainnya serta kedudukannya lebih tinggi, demikian pula mempunyai berbagai kelebihan dan banyak keistimewaanya. Sebelum Tuhan menciptakan manusia, terlebih dulu menciptakan berbagai mahluk di alam semesta. Seperti halnya, bumi, langit, hutan, lautan, gunung-gunung dan lainnya. Jadi apa saja yang Tuhan berikan (ciptakan) untuk manusia, merupakan keseriusan dalam ciptaan-Nya. Berarti, terserah manusia, mau atau tidak menjalankan berbagai aturan yang dikehendaki Tuhan yang telah dianugrahkannya, agar manusia tidak perlu lagi repot-repot mencari-cari akal dan cara hidup yang lebih baik (pandangan lain mengatakan, ikuti aturan alam atau sebagian menyebut taatihukum alam), sebab semua keinginan manusia sudah ada di alam raya. Dunia ini ibarat market, mau apa ada! Caranya pun diberitahu, Tuhan sudah memberitahu cara hidup yang selamat, jika manusia menerapkan aturan dalam diri pribadinya. Pastilah akan selamat.
Kehidupan manusia tidak lepas dari pilihan yang Tuhan paparkan di alam semesta. Ada pilihan dengan jalan memudahkan manusia untuk menemukan kebahagiaan. Ada pula pilihan dengan jalan berliku dan bergelombang, ada pula pilihan yang sangat menyulitkan manusia di kemudian hari. Persoalannya adalah ada manusia yang memilih jalan yang menyulitkan dirinya yang Tuhan sebut sebagai “maksiat, munkarat, dan musyrikat” yang akhirnya menjadi problematika dalam kehidupan yang dihadapinya. Masing-masing manusia mempunyai ukuran dan kemampuan yang berbeda untuk menangkap dan mengatasi permasalahan yang ditimbulkan oleh faktor dalam internal dan luar eksternal, seperti: sifat, sikap, perbuatan atau lebih dikenal ahlak dan karakteristik pribadinya. Kesenangan, kegembiraan, kebahagiaan, kemuliaan, kewibawaan, kekayaan, kemenangan yang biasa disebut dengan sehat dan kesusahan, kemalangan, kekalahan, kesedihan, keterpurukan, kebangrutan dikategorikan sebagai sakit. Pandangan masa kini yang cenderung mengagungkan dunia dengan kegemerlapannya kadang-kadang menjadi ukuran seseorang dalam menilai manusia. Seseorang yang sedang menikmati kesenangan diidentikkan dengan memiliki kesehatan yang prima. Sedangkan seseorang yang dihinggapi penyakit, sering disamakan dengan memiliki kesedihan, kesusahan, dan kebangkrutan. Pandangan yang berbeda tentang penanganan masalah yang muncul dalam bentuk ‘penyakit’ menjadikan ketidaksamaan dalam mengambil solusi untuk memutuskan langkah berikutnya.
Ada yang menganggap, kebahagiaan atau kesehatan menunjukkan keberhasilan seseorang semata. Banyak orang memandang juga, suatu penyakit, disebabkan oleh faktor lahiriah saja. Sebut saja, karena kurang tidur, maka kepala pusing. Pendengaran berkurang, karena telinga kemasukan air. Sesak nafas, karena kurang olah raga, batuk-batuk terus atau perut terasa sakit, karena mengkonsumsi makanan/minuman tertentu, bayi lahir prematur, tumor otak, kanker payudara, kanker kandungan, kista dan lain-lain, karena virus, kuman, bakteri, dan jamur semata atau anak-anaknya sering mengalami sakit “panas,” bahkan sampai perceraian dalam rumah tangga. Sebenarnya, secara jujur penyebab lain dari penyakit-penyakit tersebut seharusnya diteliti lebih mendalam dan diperhatikan secara bersungguh-sungguh. Kalangan tertentu menyimpulkan, penyakit disebabkan oleh: virus, bakteri, dan kuman.
Kuman dalam pengertian yang sering mengemuka adalah bibit penyakit yang berbentuk mahluk super kecil yang memasuki tubuh manusia. Tidak salah! Akan tetapi, ada kuman yang sangat berbahaya dan disadari kehadirannya, penangkalnya pun dapat diketahui sebelumnya, sehingga seharusnya manusia tidak lagi terkena kuman tersebut. Ku(rang)(i)man. Keyakinan suatu agama jika memandang keimanan seseorang tentu tidak jauh berbeda. Iman berarti percaya kepada sesuatu yang melandasi kehidupan manusia, percaya kepada kebenaran Tuhan. Kepercayaan yang penuh akan menghilangkan keraguan atau kesulitan dalam kehidupan. Tidak jarang pada masa lalu, kehidupan orang-orang (sufi) yang hanya mengandalkan Tuhannya sebagai sumber kehidupan, sumber infirasi, sumber motivasi, sumber pemikiran, dan sumber segala sumber, mereka berusia panjang, jarang sakit (kalau boleh disebut, tidak pernah sakit). Bahkan manusia teladan alam semesta, Muhammad Shalallahu ‘Alayhi wa Salam mengalami sakit (ringan) menjelang wafat. Selama kehidupannya (63 th) Nabi sehat sepanjang usia. Peringatan Nabi disebutkan dalam haditsnya, “Sesungguhnya, di dalam tubuh manusia terdapat segumpal darah. Jika segumpal darah tersebut baik, maka akan baiklah seluruh tubuhnya, namun apabila segumpal darah tersebut buruk, maka seluruh tubuhnya akan menjadi buruk. Apakah yang disebut segumpal darah tersebut? Yaitu hati.”
Periangatan Nabi Muhammad SAW yang jauh-jauh hari telah dinyatakan, bahwa baik dan buruknya tubuh manusia adalah disebabkan oleh kalbu, hati. Hati adalah pengendali semua aktifitas manusia dan berkaitan dengan prilaku, perbuatan, dalam menyikapi sesuatu atau sebut saja dalam istilah religi-nya adalah ahlak atau moral. Ada yang merasa, bahwa dalam pandangan mata manusia, seseorang yang digolongkan “busuk” hatinya seharusnya “tubuhnya” juga akan tampak busuk, tetapi kenyataannya, tidak demikian. Mereka sanksi terhadap penyataan Nabi. Buktinya:
1. Para koruptor, jelas hatinya busuk, tetapi tubuhnya tampak sehat, dapat memakai jas dan dasi, penampilannya perlente, mana busuknya?2. Penjahat-penjahat di sekeliling kita, tetap sehat badannya!
3. dan beraneka pertanyaan, seolah-olah membenarkan pendapat yang materialisme tersebut.
Jawaban dari persoalan di atas sebagai berikut:
Tuhan tidak akan mengadzab atau menyiksa atau membalas perbuatan buruk manusia (zaman) umat Nabi Muhammad SAW dengan seketika atau selang beberapa waktu, tetapi balasannya ditangguhkan di alam akhirat, kecuali perbuatan yang sangat keterlaluan. Kejadian gempa bumi, bencana alam, dan semacamnya adalah bentuk dari kekeliruan, keserakahan, dan pembangkangan manusia terhadap ketentuan (hukum alam) Tuhan melalui fenomena alam semesta. Misalnya, salah satu fungsi hutan adalah menampung air. Jika tiada hutan, maka akan terjadi banjir. Hal inilah yang harus dimengerti oleh manusia, bukan Tuhan marah (atau balas dendam kepada manusia, karena keingkarannya). Buat Tuhan tidak berarti apa-apa, jika semua manusia menentang-Nya atau beriman semuanya. Kekuasaan Tuhan tidak bertambah atau berkurang, disebabkan oleh kecenderungan mahluk-Nya.
Tuhan bisa saja dengan “kun, fa yakun’” mengganti manusia di bumi ini dengan sekejap. Demikian pula janji-Nya kepada umat Nabi Muhammad SAW untuk tidak menyiksa seketika, tetapi diberinya kesempatan (untuk bertobat). Hal inilah yang tampak, bahwa koruptor, penjahat atau kaum yang kafir, tampak lahiriah memiliki tubuh/badan tidak kusut, kotor, dan sejenisnya. Meski mereka tergolong (berpotensi) manusia yang berpenyakit, dalam termonologi al-Qur’an disebut fujuroha. Sesungguhnya koruptor, maling, dan penjahat tersebut yang hatinya kotor fujuroha dalam beberapa waktu akan diberi peringatan oleh Allah SWT, peringatan berupa penyakit jasmaniah langsung yang bersangkutan (strok, darah tinggi, kanker, tumor, diabet, sesak nafas, asam urat, maupun gatal-gatal dan tidak bisa tidur) atau peringatan melalui anak-anaknya, seperti: anak-anaknya sakit-sakitan, anak-anak sulit diatur, anak-anak menyusahkan orang tuanya, anak-anak membandel, anak-anak pecandu narkoba, alkohol maupun anak-anak perokok berat, dan berbagai penyakit jasmaniah lainnya. Peringatan itu datangnya belakangan, “puasin dulu deh,” kata orang Jakarta ketika (melihat) menghadapi kemaksiatan menempel pada diri seseorang yang belum mau bertobat. Jadi hati yang busuk, lama-kelamaan jasmaniahnya pun akan ketahuan busuknya, meskipun yang bersangkutan bisa bersandiwara dengan pura-pura rajin menyumbangkan hartanya untuk kepentingan sosial, padahal ia koruptor. Jelaslah, hati yang rusak (busuk) meskipun berdasi dan berjas, tetap akan Allah SWT perlihatkan di dunia prilakunya yang menyimpang. Juga hati yang bersih takwaha meskipun penampilannya sederhana, pasti yang mencerminkan kesahajaannya.
Ragam penyakit masa kini yang tentu saja mengerikan sekaligus menakutkan, karena seolah-olah “vonis” kematian akan segera datang. Inilah penyakit masa kini yang sering dikeluhkan oleh manusia, yaitu: Raja Singa, AIDS, Leukimia, Kanker Otak, Kanker Payudara, Tumor, Stroek, Darah Tinggi, Kelebihan Kadar Gula, Sesak Nafas, Vertigo, Migrain, Epilepsi, Pengapuran Tulang, Gagal Ginjal, Flu Burung, cacat kandungan, gagal kandungan, Flu Babi, dan berbagai penyakit yang sebelumnya diyakini oleh peristiwa lahiriah sana.
Karakteristik dan aktivitas bakteri, jamur, serta virus yang mengindap dalam tubuh penderita berbeda-beda sesuai dengan ketahanan tubuh seseorang. Penyakit yang sama dalam tubuh yang berbeda, kadang-kadang tidak dapat “diobati” dengan cara yang sama, para dokter atau praktisi pengobatan hanya dapat memperkirakan cara penanggulanggannya. Pasien tidak dapat disembuhkan dengan cara yang sama seperti yang pernah diterapi pada penderita sebelumnya. Ditambah dengan ketidaksabaran penderita dalam menghadapi “ujian” menyebabkan penyakit tidak dapat disembuhkan sesuai dengan perkiraan manusia.
Penyakit yang sering menyerang manusia tersebut harus disikapi, bahwa prilaku, baik yang terasa atau tidak terasa sebenarnya memiliki andil yang sangat besar terhadap pertumbuhan penyakit. Dianalogikan dalam ilmu pengetahuan, jika seseorang mengenakan cincin berlian, lalu setiap hari terkena debu, saat itu pula debunya ditiup, maka cincin tersebut bersih kembali. Bila cincin itu terkena kotoran yang akut, misalnya aspal, maka sangat sulit membersihkan kotoran (aspal) tersebut, lalu siapakah yang dapat menghilangkan aspal dari cincin berlian itu? Jawabannya adalah "ahli berlian" saja. Demikian pula, siapakah yang dapat membersihkan kotoran hati (disebutkan dalam hadits di atas, hati bersih shaluhat, maka tiada penyakit. Hati buruk fasadat, maka akan timbul penyakit: jasmani dan rohani)....