Dipastikan, semua orang yang hidup di dunia tidak menginginkan kedatangan penyakit, sehingga berbagai upaya mengusirnya, namun dapatkah penyakit disembuhkan?
Kemajuan teknologi dan perkembangan budaya yang sangat pesat tidak mengurangi manusia dalam pencarian kesembuhan suatu penyakit. Bahkan tidak sedikit penyakit yang secara terang-terangan oleh kalangan medis (yang dianggap mewakili kaum modernis) tidak sanggup lagi menangani masalah-masalah derita pasien yang berada di rumah sakit. Sebut saja AIDS dan Flu Burung/Babi. Kalangan medis hanya dapat mengurangi rasa sakit bagi penderita penyakit-penyakit seperti ituAda empat metode yang paling ampuh untuk menyembuhkan suatu penyakit. Salah satunya dapat dilakukan secara terpisah, meskipun sangat baik bila ketiganya dilakukan sekaligus, yaitu:
(1) dengan gerakan/pijatan wudhu pada awal memulai aktivitas. Dilakukan tengah malam (shalat tahajut dan shalat shubuh) lebih utama;
(2) dengan bacaan shalat (pada saat duduk iftirasy disebutkan ... wa afini wa fu anni .... lakukan dengan bersunguh-sungguh. Ini suatu permintaan "untuk kesembuhan" dan kesehatan manusia yang diajarkan oleh Tuhannya.... ada uraian khusus);
(3) dengan gerakan shalat (lakukan gerakan shalat yang benar-benar sesuai dengan yang diajrkan Rasulullah SAW ... ada uraian khusus);
(4) dengan doa-doa setelah shalat atau doa dalam keadaan suci (akan ada uraian khusus).Meskipun demikian, kalau diamati beberapa medote penyembuhan/pengobatan sudah turun-temurun sejak abad sebelum miladiah (masehi) sampai sekarang terus berkembang. Beberapa metode pengobatan/penyembuhan yang dikenal saat ini:
1. Metode Ilahiah;b. munajat;
c. sabar, shalat, dan shadaqah.
2. Metode Sunnah;
3. Metode Alamiah;
4. Metode Barat (kedokteran)
5. Metode Timur;
6. Metode Supranatural
1. Metode Ilahiah;
Metode ini sebenarnya merupakan fitrah dalam kehidupan ‘alam’ yang tersirat dan tersurat dalam ciptaan Allah SWT. Tuhan mengajarkan kepada manusia sebagai mahluk yang berpikir tentang cara-cara menuju kepada Rabb-nya dan bagaimana menaggulangi persoalan yang bakal timbul selama menjalani pengabdian ke jalan Rabb-nya, sebagaimana ketika mahluk tersebut akan menghadapi kesakitan karena kelaparan, maka ia akan mencari makan. Tumbuhan atau pohon memerlukan perlindungan dan membutuhkan pangan nutrisi, ia selalu TaqWa, sehingga apa yang dibutuhkan, Tuhan akan kasih, bahkan tidak perlu lagi memintanya. Binatang, diberi naluri, sehingga dapat merasakan apa yang dibutuhkan oleh tubuhnya dan mempunyai keinginan lainnya. Binatang setelah kebutuhannya terpenuhi, maka ia akan mencari kepuasan dengan keinginannya. Dapat dilihat, ketika binatang mendapatkan mangsa, maka akan disikat habis dan tidak memberikan kesempatan kepada ’kawannnya’.
Allah SWT menyerahkan sepenuhnya pengelolaan alam kepada manusia. Kemahabesaran-Nya menjadikan mahluk pilihan dan memuliakannya, bahkan apa pun yang diminta, akan dipenuhi. Manusia meminta satu, akan diberi sepuluh dan seterusnya. Sampai-sampai proposal kehidupan dan berbagai hal yang menyangkut hajatnya, Tuhan berikan petunjuknya. Tuhan mengatur manusia dengan petunjuknya, manusia mengatur diri sendiri, mengatur komunitasnya, dan mengatur alam lingkungannya harus dengan petunjuk Tuhan tadi. Pastikan manusia dalam mengatur kehidupannya dalam aturan Tuhan, sehingga dapat dipastikan segala hajat dan kemakmuran alam sekitarnya akan selamat. Keselamatan manusia, termasuk kepada dirinya sendiri adalah bagian dari bagaimana menjalankan pola-pola yang diberikan Tuhan. Bila lapar, maka makan, untuk mendapatkan makanan, harus mencarinya dan seterusnya. Begitu pula bila sakit, maka harus dicari penyebabnya, mengapa ia sakit. Jika tahu penyakitnya disebabkan oleh penyimpangan dalam aturan Tuhan (seperti iri dan dengki), maka harus segera minta ampun kepada-Nya. Jadi penyembuhan dengan metode Ketuhanan ada tiga:
a. melalui gerakan shalatShalat ibadah pokok dalam dimensi kehidupan manusia Muslim seharusnya dipandang sebagai bagian dari kelengkapan manusia itu sendiri. Jika manusia memiliki dua kaki dan dua tangan yang memiliki fungsi berbeda, maka shalat pun kelengkapan jasmani dan rohani manusia yang berdayakan manusia itu sendiri. Tubuh tanpa kaki, tidak akan dapat berjalan. Manusia tanpa shalat, tidak akan dapat membuka tabir “buku” petunjuk kehidupannya. Walhasil, manusia tanpa shalat hanya dapat membuka sampul buku petunjuk itu. Isinya, tidak dapat dibuka, apalagi membacanya, mustahil!
Ada tiga komponen penting dalam mengobatan melalui shalat yang tidak dapat dipisahkan, dua hal berbarengan dan satu hal terpisah, yaitu:1. bersuci sebelum shalat wudhu;
2. bacaan shalat;
3. dan gerakan shalat.
Sebelum memulai shalat, harus dilakukan penyucian jiwa-raga terlebih dulu, sebagai tanda booking fie pesan tempat untuk menghadap sang Maharaja Diraja. Tanpa booking fie seorang Muslim tidak dapat tiket. Booking fie ini dilakukan bisa sekali atau berkali-kali pada saat akan melaksanakan shalat. Boleh ber-wudhu sekali untuk shalat beberapa kali, asalkan tiketnya masih berlaku (belum dibatalkan, disebabkan oleh kentut, berhubungan, dan murtad).
Bersuci ini bukan sekedar melakukan pembersihan tangan, kepala, dan kaki secara beraturan. Akan tetapi ada beberapa tahapan yang mesti dijankan, agar dalam penyucian diri diterima oleh Rabb-nya, juga mengandung nilai pembersihan yang hakiki, yaitu sebagai terapi sehat, sehingga bagi orang yang dalam keadaan sakit, dapat disembuhkan oleh Allah SWT. Demikian pula bagi yang sehat, dapat terjaga kesehatannya. Tahapan-tahapan tersebut antara lain:
• niat bersuci, ikhlash karena Allah;• berurutan (beraturan) sesuai dengan petunjuk Rasulullah SAW;
• dalam memegang anggota badan yang akan disucikan, hendaknya dibarengi dengan pemijatan/penekanan.
Bersuci memegang peranan yang sangat penting dalam tahapan untuk mendirikan shalat, karena dapat mendinginkan urat di tangan yang semula kaku. Pada telapak tangan luar yang mengarah ke setiap ujung jari, terdapat ujung syaraf yang kaku/keras seperti kawat baja, halus sebesar rambut yang berfungsi untuk membuang kelebihan muatan listrik negatif dari setiap organ tubuh. Jika ujung syaraf terdapat pengapuran, maka akan menyebabkan endapat muatan listrik yang makin lama makin tinggi yang mengacaukan sensorik dan motorik, bahkan menyebabkan sel otak mendidih (dalam perangkat komputer ibarat CPU), sehingga CPU-nya semakin lama akan terbakar, disebabkan oleh kabel (aliran) listriknya mengalami konsleting. Oleh karena itu, ber-wudhu yang benar bukan sekedar membasuh dan membasahkan anggota badan tertentu, tetapi juga dilakukan pemijatan di ujung-ujung syaraf jari-jemari tangan, telinga, hidung, kepala, kaki, dan jemari kaki. Di samping untuk membuktikan organ itu cukup bersih dari kotoran yang sering menempel pada sela-sela organ tersebut. Kemudian di bagian lengan tangan, dapat diketahui terdapat kulit yang di atasnya terdapat rambut dan berjuta-juta (lubang) pori-pori, merupakan jalan ke luar bagi sisa-sisa makanan (sampah) yang harus dibuang melalui ventilasi tubuh tersebut, biasanya berupa keringat. Jika ventilasi tubuh itu tertutup, keringat tidak dapat ke luar, maka akan mengendap di dalam tubuh berupa lemak. Lemak juga akan dibawa oleh sel-sel darah ke setiap bagian tubuh. Semakin banyak lemak yang terkumpul dalam aliran darah, peredaran darah tidak akan lancar. Hal demikian yang akan berakibat buruk bagi produktivitas dan aktivitas manusia sehari-hari. Kerusakan awal tubuh manusia itu akan mengalami kerusakan terus-menerus yang berarti orang tersebut bakal mudah terjangkit suatu penyakit. Bersuci wudhu merupakan cara pemeliharaan tubuh agar tetap sehat, yaitu “selalu” menjaga ventilasi pori-pori pada organ tersebut dan memperlancar peredaran darah serta menjaga kepekaan syaraf kulit.
Dimulai dengan mencuci tangan, sangat bermanfaat untuk kegiatan sehari-hari. Tangan sebagai alat organ vital yang mengantarkan manusia dalam melakukan suatu pekerjaan, dari yang paling ringan, seperti mengambil batang korek api, sampai yang berat-berat, seperti mengangkat besi (barbel). Digunakan juga untuk menulis, berjabat tangan maupun untuk mengambil makanan. Betatapun teknologi modern yang berkembang saat ini, seperti alat berat untuk mengambil benda-benda berat (bekoo), sampai robot pencuci piring, pekerjaan tersebut harus diawasi dan disentuh dengan tangan. Berjabat tangan membutuhkan kebersihan, sehingga dalam pergaulan umum, masyarakat yang beradab akan mengutamakan kebersihan tangan yang digunakan untuk berjabatan. Apalagi dalam masyarakat tertentu yang kalau berjabat tangan sembari mencium tangan lawannya. Jadi diperlukan tangan yang bersih. Membersihkan tangan bukan secara naluriah reflek, seperti perintah otak kepada tangan untuk mengambil makanan, bila perut merasa lapar. Terbukti, tidak sedikit orang bekerja di bengkel, sawah atau tempat lain pada saat tangannya kotor, perut terasa lapar, di hadapannya ada tempe goreng, maka langsung saja diambil dengan tangan seadanya, tidak mencuci tangan terlebih dahulu. Hal ini terdapat perintah otak kepada tangan atas usulan perut yang sudah lapar, dengan gerakan reflek. Mencuci tangan tidak sama dengan wudhu. Mencuci tangan hal biasa sesuai dengan kebutuhan, adalah perbuatan baik. Akan tetapi wudhu mengandung nilai Ilahiah spiritual, memiliki bobot yang lebih dari mencuci tangan. Perbedaannya adalah, bahwa wudhu perintah Illahi yang wajib dan sunnah bagi yang mengerjakannya. Mencuci tangan hanya bersifat sunnah, jika disertai dengan membaca basmalah. Bila mencuci tangan tanpa diiringi karena Allah SWT, maka kaifiat kemanfaatannya adalah untuk membersihkan tangan semata. Tidak berdampat kepada kebersihan jiwa.
Melakukan penyucian lahiriah dilaksanakan dengan perlahan-lahan dengan air yang cukup, tidak terlalu berlebihan. Air yang tidak terlalu besar (jika menggunakan kran), maka akan dengan mudah meratakan air ke jari-jemari, telingga, hidung, dan kepala sembari menekan/memijat-mijat organ tubuh itu. Jari-jemari tangan yang merupakan “pusat” gelombang elektro yang dapat mengantarkannya ke berbagai jaringan organ tubuh, sehingga bila dibersihkan (dialiri air suci) akan mendinginkan organ tubuh yang semula mengalami “kepanasan/kejenuhan” akibat aktivitasnya. Demikian juga dengan mengusap kepala, hidung, telinga, serta kaki dengan disertai kontak kepada pembuat organ tubuh, maka akan menyembuhkan berbagai penyakit, seperti: pilek, flu, radang tenggorokan, radang paru, batuk, dll. Jujur, di mesjid-mesjid maupun tempat wudhu, tidak sedikit yang melaksanakan upacara bersuci “wudhu” dengan tergesa-gesa, cepat-cepat, ingin cepat selesai, apalagi kalau di belakangnya masih banyak yang mengantri. Padahal bila dilaksanakan dengan wajar, maka tidak akan terlalu lama dalam melakukan penyucian tersebut. Point wudhu ini sebagai awal dari mendirikan shalat, dapat dijadikan sebagai pengobatan pemula.
Perhatikan perbedaan jari-jemari yang terdapat pada tangan setiap orang. Pada telapak tangan bawah agak cerah, tidak ada bulu rambutnya. Sedangkan di bagian atas, berwarna agak gelap dan di beberapa tempat ditumbuhi bulu rambut. Hal ini menandai keberadaan ujung syaraf. Titik pembuangan panas tubuh yang mengendap terdapat di sela-sela syaraf motorik di antara kelingking dengan jari manis. Tanpa disadari, dengan memijat-mijat atau menggosok-gosokkannya atau menekan-nekan pada lapisan kulit akan merangsang simpul-simpul syaraf.
”… Kulit adalah tubuh kita yang terbesar. Kulit mempunyai luas 2M2, berat 3 kg (2 kali berat otak atau hati) dan mengandung 1/3 dari jumlah darah yang mengalir di dalam tubuh kita. Setiap sentimeter persegi kulit mengandung 2 sistem pencatat dingin, 12 sistem pencatat panas, 3 juta sel, rata-rata 10 helai rambut, 1 meter urat darah halus, 100 kelenjar keringat, 3.000 sel perasa, 4 meter urat syaraf, dan 25 sistem pencatat tekanan. Setiap helai rambut di kulit dapat menahan anak timbangan seberat 50-80 gram dan untuk menarik semua rambut di kepala diperlukan anak timbangan 2.000-3.000 kg. Kulit juga mempunyai beberapa alat menangkap perasaan sakit, geli, aliran udara udara di badan, sentuhan, tarikan, tekanan, panas, dan dingin, pancaran sinar gamma, rontgen, ultraviolet, kosmis, gelombang eter, inframerah, dan masih banyak lagi.” (Lukman Hakim Setiawan: Keajaiban Shalat menurut Ilmu Kesehatan Cina, hal. 55)
Firman Allah dalam Surah (5) al-Maidah: 6 disebutkan tentang tata cara bersuci akan menghadap ke haribaan-Nya.
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub Maka mandilah, dan jika kamu sakit [yang tidak boleh kena air] atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh [menurut jumhur: menyentuh adalah bersinggungan kulit atau organ tubuh secara langsung, sedang sebagian mufassirin: bersetubuh] perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, Maka bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.”
Bersuci wudhu yang dikerjakan dengan tumaninah perlahan-lahan dan berurutan adalah:a. Kedua tangan dicuci sampai pada pergelangan tangan. Pencucian tersebut tidak tergesa-gesa, dari memegang ujung jari-jemari sambil dibersihkan (tentu ditekan-tekan/dipijat, hingga terasa agak lemas jarinya);
b. Berkumur-kumur, dengan memasukan air ke rongga mulut (sebaiknya ditambahkan dengan sikat gigi tanpa pasta gigi sampai terasa bersih di dalam mulutnya atau tidak ada sisa-sisa makanan yang menempel di sela-sela gigi), lalu dikeluarkan airnya ke bawah, tidak disembur-semburkan ke mana-mana;
c. Rongga hidung dibersihkan, dengan mengisap sedikit air, kemudian mengeluarkannya kembali dengan hentakan nafas;
d. Membasuh muka dari dahi sampai ujung rambut di belakang, lalu mengembalikannya sampai setengah kepala;
e. Mengusap (membersihkan) telinga, dengan memasukkan jari telunjuk ke lubang telinga, menempelkan ibu jari ke belakang bagian bawahnya, lalu mengembalikannya ke atas telingga.
f. Menyiramkan (membanjur) air kedua kakinya dengan menggosok-gosokkannya atau dengan tangan.
Ber-wudhu membiasakan manusia untuk menjaga kebersihan secara teratur, minimal lima kali sehari. Kemanfaatan dari segi lahiriah adalah air yang menempel pada kulit akan meresap melalui pori-pori kulit organ tubuh dan akan membantu bagian-bagian tubuh dari kotoran, melepaskannya dan melarutkannya. Juga dapat meresapkan melekul-molekul air yang bersinggungan langsung dengan bagian-bagian tertentu yang mempunyai banyak titik syaraf dan berhubungan langsung dengan organ tubuh internal. Ion-ion molekul air yang mengandung oksigen akan membantu pemenuhan kulit terhadap oksigen baru, sehingga kulit menjadi bersih, segar, sehat, dan seperti yang baru tumbuh. Sebut saja kulit mengalami revormasi pertumbuhannya, bahkan lebih mengagumkan adalah aktivitas seusai wudhu dapat membentuk pembersihan pancaindera secara sempurna. Orang yang sering ber-wudhu (atau tidak batal wudhu anggota tubuhnya akan terjaga dari berbagai penyakit) akan bersinar anggota badannya, terutama pancainderanya.
b. Bacaan ShalatSetelah bersuci dengan baik dan sempurna serta beraturan, maka mulailah mendirikan shalat sebagaimana dimaksud dalam keterangan di atas. Shalat yang dipraktikkan oleh kebanyakan orang adalah ibadah utama dan pertama, namun ada yang tidak memperhatikan ruh shalat itu sendiri, misalnya dilakukan dengan tergesa-gesa, baik bacaannya maupun gerakannya, sehingga shalat hanya sebagai simbol, bahwa dirinya adalah seorang Muslim seperti yang tertera di dalam KTP. Di sini tidak bermaksud menghakimi seseorang yang shalatnya seperti disebutkan tadi, bahwa mereka shalatnya salah, tidak diterima dan berbagai kecaman terhadap orang tadi.
Shalat sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah SAW adalah berdasarkan contoh Beliau: Shalli kama raatumuni ushalli, shalatlah sebagaimana kamu lihat aku shalat. Lalu Rasul SAW mengajarkan shalat, baik dari gerakan, bacaan maupun esensinya melalui: ucapan, perbuatan, dan diamnya. Jadi seorang Muslim mendirikan shalat sudah ada acuannnya, sehingga bagi pelaku shalat itu akan merasakan, bagaimana hakikat shalat yang sebenarnya, bahkan merasakan, “manisnya” ibadah tersebut. Sampai-sampai kalau dapat kesempatan ada waktu luang, maka seorang Muslim berkesempatan mendirikan shalat, sebagai rasa kedekatan dirinya dengan Sang Khaliknya.
Shalat sebagaimana disebutkan di atas, terdiri dari bacaan lafadz dan gerakan. Bacaan shalat dalam bahasa Arab, gerakan shalat dilakukan dengan cara biasa seseorang menggerakkan organ tubuhnya, tidak ada yang sulit untuk dikerjakan oleh seseorang yang dalam keadaan normal. Dimulai dengan berdiri tegak, menekukkan tubuh ruku’, menundukkan kepala ke tanah, dan duduk. Bacaan shalat atau lafadz mencerminkan bentuk komunikasi riil antara mahluk dengan penciptanya. Diawali dengan kesiapan hamba yang merasa kecil di hadapan Allah SWT. Setelah menuju ke tempat peraduannya, seorang hamba berdiri tegak dan mengucapkan Allahu akbar, hanya Tuhan Allah yang pantas diagungkan. Ucapan awal ini sebagai tanda kepasrahan manusia ketika akan memasuki ‘altar’ haribaannya. Ucapkanlah dengan penuh hidmat, kesungguhan, nada yang semangat, menekan pada getaran dada, panjangkan pada la, yaitu awwa ……. Hu Akbar!
Bacaan-bacaan seterusnya yang mengartikulasikan kepada:• sumpah atau janji hamba kepada Tuhannya, bahwa hanya Dia yang pantas dipuji/dipuja;
• perjanjian sejati manusia kepada Tuhannya, bahwa ia akan menyerahkan segala apa yang ada di dalam jiwa dan raganya kepada Tuhan Allah SWT semesta alam, setia-sehidup dan mati hanya untuk-Nya. Hal ini menandai, apa pun yang diperintahkan oleh Tuhan, akan hamba kerjakan.
• Hanya kepada Allah SWT menganggap Tuhan, lainnya adalah mahluk. Tidak akan mencari Tuhan sebagai sekutu-Nya.
• Menegaskan, bahwa yang akan menghadap Allah SWT adalah seorang Muslim.Ketika seorang Muslim sudah menghadap Tuhannya dalam shalat, maka pekerjaan apa pun atau pikiran apa pun seharusnya disingkirkan. Kalau boleh diibaratkan (meski hanya perumpamaan kecil) seseorang yang dipanggil oleh Raja, tentu dia harus konsentrasi dan menyiapkan pribadinya, sehingga pertemuan dia dengan rajanya dapat berlangsung dengan baik.
Shalat dalam pengertian komprehensip adalah bentuk gerakan (dapat menumbuhkan penyembuhan dari penyakit yang menyerupai olah raga), pengakuan aktifitas seorang Muslim kepada Tuhannya, baik laporan 1/5 harian maupun pengakuan dosa dan permohonan, agar diberi: kesehatan, rejeki, dan keselamatan. Shalat menurut bahasa adalah doa. Doa sendiri bukan shalat, tapi doa adalah permohonan hamba kepada Khaliknya. Sedangkan shalat menurut pengertian syara (hukum Islam) adalah ibadah yang terdiri atas beberapa ucapan dan perbuatan yang diawali dengan takbir dengan berbagai ucapan dan gerakan yang ditentukan melalui tuntunan Nabi SAW dan diakhiri dengan salam.
Urgensi dan kepentingan shalat yang dikerjakan oleh seorang Mukmindalam bentuk ucapan dapat membentuk kepribadian yang sempurna, hal ini ditunjukkan dengan peletakkan hati yang siap menghadap Tuhannya, sehingga apa saja yang diucapkan (sesuai dengan tuntunan Nabi SAW) mengandung permohonan, agar pelaku shalat disehatkan jasmaninya (wa afini, dalam duduk di antara dua sujud iftirash). Di mana letak esensi yang sesungguhnya, bahwa shalat dari segi ucapan merupakan penyembuh (obat) penyakit rohani? Allah SAW menjelaskan, shalat merupakan cara terbaik sebagai ‘penyembuh’. Disebutkan dalam al-Quran, surah al-Baqarah (2:45):
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu.
Pernyataan Tuhan ini sangat dapat dipahami, tanpa tedeng aling-aling, bahwa apa pun yang menjadi kesulitan bagi manusia, cepat dirikan shalat. Bagi orang yang sudah dinyatakan sehat, maka shalat merupakan pemeliharaan kesehatan. Tentu orang-orang yang sedang menghadapi masalah dalam organ tubuhnya maupun jiwanya, pastilah ayat tersebut sebagai solusinya. Akan tetapi, timbul berbagai pertanyaan, mengapa banyak orang yang selalu mengerjakan shalat, berbagai penyakit tidak kunjung sembuh? Pertanyaan ini seharusnya dikembalikan lagi kepada seseorang yang sedang bermasalah dalam kesehatannya. Dikembalikan karena akan ditanya lagi, yaitu mana yang salah atau benarkah ayat tersebut merupakan firman allah SWT? Pasti, pasti! Ayat di atas merupakan kalamullah, pernyataan Allah, statement Allah, sehingga sudah pasti kebenarannya. Kemudian mengapa penyakit yang diderita oleh seseorang yang rajin shalat tidak kunjung sembuh? Pasti ada yang salah atau ada ketidaklengkapan dalam mengerjakan shalat. Misalnya:
i. sempurnakan wudhu;ii. pahami bacaannya;
iii. perhatikan pakaian yang melekat dalam tubuhnya, apakah diperoleh dengan jalan halal atau tidak halal?
iv. ingatlah makanan dan minuman yang masuk ke mulut, apakah diperoleh dari cara yang halal atau tidak?
v. Perbanyak melakukan shalat, artinya bukan cukup sekali shalat, kemudian penyakit akan sembuh. Ya, dengan rido Allah SWT dapat saja penyakit itu sembuh, karena yang menyembuhkan penyakit adalah Pencipta semua yang ada di langit dan bumi.
Perhatikan ucapan-ucapan shalat secara seksama dan telitilah pengertian bacaan tersebut, agar pelaku shalat dapat memahami dan mengahayati ucapan shalat. Sebagai contoh dalam shalat magrib, 3 rakaat.
1. Mula-mula berdiri, mengucapkan perlahan-lahan dengan suara yang jelas dan enak didengarkan, bukan membentak, tidak melafalkannya dengan kesombongan, mengeras, tetapi merasa ingin bertemu dengan yang disebutkan: “Allahu Akbar!” Artinya: Allah Mahabesar. Hayati benar kemahabesaran Allah Subhanahu wa Ta’ala, konsentrasi penuh, pikiran hanya tertuju kepada kemahabesaran-Nya. Pandangan kedua mata tertuju kepada tempat sujud, agak merunduk, tidak memandang atau menengadah ke depan lurus, apalagi lirik kanan dan lirik kiri, bahkan tidak memejamkan mata, kecuali sekedar kerdipan. Konsentrasi penuh seperti ini terus dilakukan sampai mengucapkan salam akhir shalat. Melafalkan (mengucapkan) bacaan shalat perlahan-lahan, tidak cepat-cepat atau terburu-buru, sampai benar-benar dirasakan panjang-pendeknya, ejaan (mahraj)-nya jelas.
2. Masih dalam rangkaian pertama, doa Iftitah: Allahu akbar kabira, Allah Mahabesar dan sempurna kebesarannya. Wa al-hamdulillahi katsira, semua pujian hanya pantas ditujukkan kepada-Nya. Wa subhanallahi bukrata wa ashila, Mahasuci Allah sepanjang pagi hingga petang. Kemudian membaca:
{inni wajahtu wajhia lilladzi fathorossamawati wal ardho hanifan wa ma ana minal musyrikin}
Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb (Tuhan) yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang membuat tandingan (mempersekutukan) Tuhan. QS al-An’am 79
{inna shalati wa nusuki wa mahyaya wa mamati lillahi robbil’alamin-la syarikalahu wa bidzalika umirtu wa ana minalmuslimin}
Sesungguhnya shalatku, ibadatku, kedupanku dan kematianku hanyalah untuk Allah, Tuhan pencipta semesta alam.
Tiada sekutu (tandingan) bagi-Nya dan demikian Itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah komunitas orang yang selalu menyerahkan diri (kepada Allah)". QS al-An’am 161-162.
Berhenti sejenak, kemudian membaca Fatihah:1. dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. [saya memulai membaca al-Fatihah ini dengan menyebut nama Allah. Setiap pekerjaan yang baik, hendaknya dimulai dengan menyebut asma Allah, seperti makan, minum, menyembelih hewan dan sebagainya. Allah nama zat yang Mahasuci yang berhak disembah dengan sebenar-benarnya yang tidak membutuhkan makhluk-Nya, tapi makhluk yang membutuhkan-Nya. Ar-Rahmaan Maha Pemurah: salah satu nama Allah yang memberi pengertian, bahwa Allah melimpahkan karunia-Nya kepada makhluk-Nya, sedang ar-Rahim Maha Penyayang, bahwa Allah senantiasa bersifat rahmat yang menyebabkan Dia selalu melimpahkan rahmat kepada makhluk-Nya.
2. segala puji [memuji orang adalah karena perbuatannya yang baik dengan kemauan sendiri. Maka memuji Allah berati: menyanjung-Nya karena perbuatannya yang baik. Lain halnya dengan syukur yang berarti: mengakui keutamaan seseorang terhadap nikmat yang diberikannya. Kita menghadapkan segala puji bagi Allah karena Allah sumber dari segala kebaikan yang pantas dipuji] bagi Allah, Tuhan semesta alam [Tuhan yang ditaati yang memiliki, mendidik, dan memelihara. Lafal Rabb tidak dapat dipakai selain untuk Tuhan, kecuali kalau ada sambungannya, seperti rabbul bait (tuan rumah). 'Alamin (semesta alam): semua yang diciptakan Tuhan yang terdiri dari berbagai jenis dan macam, seperti: alam manusia, alam hewan, alam tumbuh-tumbuhan, benda-benda mati dan sebagainya Allah Pencipta semua alam itu].
3. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.4. yang menguasai [dengan memanjangkan mim, berarti: pemilik, dapat pula dibaca dengan malik (dengan memendekkan mim) artinya: Raja] di hari Pembalasan [ hari yang diwaktu itu masing-masing manusia menerima pembalasan amalannya yang baik maupun yang buruk. Yaumiddin disebut juga yaumulqiyaamah, yaumulhisaab, yaumuljazaa' dan sebagainya].
5. hanya Engkaulah yang Kami sembah [Na'budu diambil dari kata 'ibadat: kepatuhan dan ketundukkan yang ditimbulkan oleh perasaan terhadap kebesaran Allah sebagai Tuhan yang disembah, karena berkeyakinan bahwa Allah mempunyai kekuasaan yang mutlak terhadapnya] dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan [Nasta'in (minta pertolongan) terambil dari kata isti'anah: mengharapkan bantuan untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaan yang tidak sanggup dikerjakan dengan tenaga sendiri]
6. Tunjukilah [Ihdina (tunjukilah kami) dari kata hidayat: memberi petunjuk ke suatu jalan yang benar. Ayat ini bukan sekedar memberi hidayah, tetapi juga memberi taufik] kami jalan yang lurus, jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka, bukan (jalan) orang yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang tersesat [semua golongan yang menyimpang dari ajaran Islam]
3. Dilanjutkan dengan membaca ayat sekemampuannya, misalnya surah al-Kafirun:i. Katakanlah: Hai orang-orang kafir,
ii. aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah,
iii. dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah,
iv. dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,
v. dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah
vi. bagimu agamamu dan bagiku, agamaku.
4. Ruku’ dengan membaca: sub-ha-na robbiyal adzimi, Mahasuci Allah Yang Mahabesar. Lafalkan bacaan tersebut tiga kali secara perlahan-lahan dan seksama, tidak tergesa-gesa setelah badan/tubuh ditekuk ke depan. Mudah sekali artinya dihafal dan direnungkan serta benar-benar merasakan bacaan itu sebagai pengakuan, bahwa kita (manusia) tidak suci, tidak luput dari noda dan dosa. Hanya Dia yang Tersuci, manusia sering berbuat salah. Meski bacaan tersebut tampak sederhana dan mudah dihafal, jarang diurai mengapa Allah SWT mengaturnya dalam shalat pada bungukukan pertama dengan ‘perintah’ melafalkan bacaan tersebut. Satu hal penting buat manusia, jika ada yang memerintahkan ucapan kesucian kepada pihak lain, maka secara otomatis perintah tersebut ditujukkan kepada pihak yang disucikan, tidak bernoda, tidak cacat. Berarti pihak lain bernoda: punya dosa, punya niat jahat, punya penyakit, bahkan berkecenderungan memiliki potensi untuk sakit. Oleh karena itu, dalam ruku’ semacam ada permohonan melalui ucapan Kemahasucian Allah SWT, agar kita, paling tidak dihilangkan (disembuhkan penyakitnya) noda dan dosa, menjadi suci.
Berdiri lagi, I’tidal. Ucapkan dengan7. dll.
Khusyu’ berati dalam menjalankan shalat memahami dan timbul kesadaran terhadap apa yang diucapkan, dilafalkan, bukan sekedar hafal bacaannya seperti yang dipahami selama ini.
Sehat adalah karunia Allah SWT yang diberikan kepada mahluk hidup, seperti manusia, baik berupa kegembiraan maupun kesedihan, disadari atau tidak disadari.